Tarakan di kalimantan utara, sebuah kota penuh sejarah yang menyimpan kenangan tak terlupakan. sebuah kota di penghujung utara kalimantan dengan potensi minyak bumi serta keindahan pantai dan kepulauan yang begitu khas, belum pernah saya alami sebelumnya. kenapa saya bisa ada disini, ya hanya Allah yang mengetahui dan mempertemukanku dengan orang-orang hebat disini.
berangkat bersama partner lomba saya Jamilatul Arofah saya menjejak bumi kalimantan untuk kali kedua dalam jangka waktu 2 minggu (sebelumnya di bulan november saya juga berhasil menjejak kalimantan di banjar masin dan membawa pulang trophy juara untuk almamater). sempat khawatir dengan pendanaan, kami akhirnya berangkat dengan dana pinjaman (Alhamdulillah saya mendapatkan dana pinjaman dari orang tua, hal ini dikarenakan dana saya cukup terkuras habis dengan belum turunnya dana delegasi dari rektorat dan lomba di tarakan ini adalah lomba ke 4 di bulan November 2015).
saya sementara menalangi pemberangkatan kami, setelah partner saya menunjukan komitmen bahwa kami siap presentasi optimal untuk memberikan yang terbaik.
saya sempat khawatir, mengingat cerita lama antara konflik kalimantan dan madura yang berujung tragedi berdarah akan mungkin terjadi. partner saya merupakan orang madura tulen, sehingga sejak awal saya mewanti-wanti untuk mengurangi penggunaan bahasa madura selama di tarakan (bagaimanapun saya harus bertanggung jawab mengingat saya lah yang mengajak dia untuk ikut lomba disana. mengusung baseline karya utama aquaponik, kami lolos untuk mempresentasikan gagasan kami (gagasan yang sama dengan yang kami usung sebulan sebelumnya dalam acara SGM, dengan penyesuaian kajian dengan tema dalam PERANTARA UKM RPI UBT.
masih diantar dengan orang yang sama dengan yang mengantar saya ke banjarmasin Zakariya, keberangkatan kami seharusnya punya waktu senggang cukup lama namun tak begitu nyatanya. penerbangan kami dipercepat 45 menit, dan ketika kami sampai di bandara juanda telah dilakukan panggilan terakhir untuk penerbangan kami. well, tak berfikir lama kami pun langsung saja menjalani satu persatu scanning hingga akhirnya bisa sampai ke dalam pesawat. bagi partner saya ini merupakan pengalaman pertama banginya untuk menaiki pesawat terbang (mungkin dan semoga bukan jadi yang terakhir ya). perjalanan yang cukup lama, hampir 4 jam (kita pun tertidur karena memang perjalanan cukup lama di pesawat).. kami tiba di Tarakan saat magrib dan dijemput LO saat tak lama ketika kami sudah keluar (menunggu bagasi adalah hal yang cukup menyebalkan karena cukup lama).
sebenarnya kawan saya Abrori Akbar mengontak saya karena beliau juga dinas di tarakan ketika itu.. namun ya sudahlah karena satu dan beberapa hal kami akhirnya tak sempat bertemu sama sekali, well.. setidaknya sudah usaha untuk silaturahmi dan terima kasih sudah mengontak ya. (tak tunggu undangan mantenannya.. hahaha).
hari pertama diawali dengan dengan seminar ( well, cukup panas dan cukup menyebalkan karena pendingin ruangan tak mampu berfungi optimal). keringat bercucuran seukurang bulir2 jagung, pakaian sudah basah semua.. dan suara partner saya belum juga kembali.
materi seminar cukup menarik, tentang kajian bagaimana tarakan dan produk2 lokalnya yang mampu bersaing, tentang mengapa tak ada minimarket di sepanjang jalan.. berbeda dengan yang biasa kutemui di surabaya dimana jarak kurang dari satu kilo ada minimarket. setelah seminar ada pertunjukan tarian2 taradisional dari tarakan.. cukup menghibur, walaupun panasnya juga lumayan..
Selepas seminar dan hiburan akhirnya kami memasuki fase presentasi essay (ditengah panas terik dan keringat yang masih terus bercucuran). syukur alhamdulillah suara partnerku kembali di saat yang tepat, well.. iya ketika presentasi suara partnerku telah kembali, dan saya pun presentasi dengan 5 koyo di sekitar tangan dan punggung karena sebelumnya salah tumpuan dan jatuh ketika tidur. totalitas tanpa batas demi memberikan yang terbaik ketika presentasi.
acara presentasi pun berakhir dan kami kembali ke penginapan, di penginapan ini kami saling bercengrama satu sama lain, dari universitas di sumatra sampai sulawesi hadir semua. saling berkenalan. saya sekamar dengan anak tanjung pura, dan Alhamdulillahnya.. mungkin kamar saya satu2nya kamar laki2 yang ACnya dapat berfungsi dengan baik dan ada TVnya. akhirnya sering jadi penampungan yang lain untuk sekedar mendinginkan badan atau mencari hiburan. di penginapan ini juga terjadi pembahasan tentang apa yang mau di bahas dalam rakernas ILP2MI 2 hari kedepannya.
acara 2 hari berikutnya rakernas ILP2MI. well, ya begitulah.. saya pribadi ndak terlalu tertarik membahas beginian. biarkan dokumentasi saja yang bercerita nantinya.
akhirnya hari yang ditunggu2, pengumuman juara dan fieltrip. setelah 2 hari rapat yang melelahkan. sebelum pengumuman kami disajikan kembali dengan kompetisi seni internal kampus. cukup menarik dan mampu menurunkan tempo ketegangan antara para finalis essay yang hadir. pengumuman itu pun akhirnya tiba, Alhamdulillah kami berhasil membawa pulang trophy untuk almamater mendapatkan peringkat 3.
kemudian sampailah kita pada acara utama yang ditunggu tunggu oleh seluruh peserta yang hadir di tarakan.. akhirnya kita Fieldtrip bung :3.. hahaha, dalam fieltrip ini kami membentuk suatu koalisi yang disebut sopir n hijabers (bang supir lah yang memberi julukan begini.. padahal gue ndak masuk supir maupun hijabersnya). terdiri dari Sukma Dewi Desvani dan Heri Setyoko dari UNS, Isna Nur Adhini dari UNNES, Silfa Anugrah dari UNISMUH, Khoirisya Afti Hilmina dari UGM, Ari Widya Nugraheni dari UMM. kita kemana bergerombol, bahkan sampai mereservasi 1 mobil panitia sendiri..
Rute pertama fieldtrip ini adalah Pantai Binalatung (entah spontan lidahku bilang pantai belatung). hamparan pasir putih cukup indah, dengan kampung nelayan disekitarnya yang banyak membudidayakan rumput laut.. hampir sepanjang perjalanan menuju pantai terlihat para warga menjemur rumput laut. sayang sekali lagi, pantai ini banyak sekali sampah plastik dari manusia yang katanya mahluk paling bijak sana, manajemen pengelolaan sampah sepertinya masih tetap akan menjadi topik bahasan yang tidak ada habisnya. Sebuah keindahan yang ternoda oleh mereka yang katanya pencinta keindahan.
Perjalanan berikutnya dilanjut ke Rumah Bundar.di rumah ini tersimpan sejumlah peninggalan bersejarah jaman penjajahan, baik belanda maupun jepang. mulai dari senapan, kendaraan sampai peta jaman bahola ada disini. hal yang wajar mengingat tarakan merupakan salah satu pulau penghasil minyak bumi yang ada di Indonesia. pemetaan akan potensi, penataan pelabuhan dll. tak banyak berubah, hebatnya Perencanaan Tata Wilayah Kota di jaman kolonial.
perjalanan selanjutnya menuju kawasan konservasi bekantan di tengah kota tarakan. iya ini kawasan konservasi penuh dengan tanaman mangrove dan ada di tengah kota tarakan bukan di bagian pinggi. maklumilah, tarakan merupakan sebuah pulau tunggal dengan satu kota. anda masih dapat melihat bekantan berkeliaran bebas disini, begitu pula dengan sejumlah burung dan organisme bakau lainnya. hal yang konyol adalah kami sempat disuguhi adengan asusila di depan umum oleh para bekantan ini.. mereka sedang main “in the hoi” dengan tenangnya walaupun kami melintas, sejumlah rekan kami teriak histeris melihatnya.
~kalau ngaku manusia dan main begituan sembarangan apa bedanya dengan hewan ?
selepas dari kawasan konservasi kami diangkut menuju cagar budaya Rumah Adat Tidung. suku tidung merupakan suku asli penghuni pulau tarakan, walaupun jumlahnya kini terbatas kalah dengan para pendatang dari pulau lain atau terjadinya pernikahan beda suku dengan pendatang membuat mereka kini semakin sulit ditemui. tapi di rumah inilah, dapat dirunut sejarah dan silsilah suku tidung. sejumlah benda pusaka, serta perabot lainnya ada disini dan dapat ditemui di dalamnya. suasananya.. jujur relatif mistis kalau boleh bilang -.-
dan akhirnya kami menuju penginapan, sebelum sampai di penginapak kami berhenti di tugu 99 di depan bandara. tugu ini menandakan 99 asmaul husna. suasana religius memang kental terasa terutama di daerah perkampungan di tarakan sana. dan inilah yang membuatku merindukan suasana disana.. Masjid yang selalu ramai dengan orang-orang yang memakmurkannya, sampaikanlah walau hanya satu ayat mereka melakukannya setiap selesai sholat dan itu rutin, banyak hal lainnya. situasi yang membuat saya merasa nyaman sebagai seorang muslim disana. dipulau tempat saya tinggal ?,, ah sudahlah.. agama seakan menjadi dagangan politik untuk berebut kekuasaan.
Banyak Hal berkesan dari sini, ketemu dengan orang2 penalaran se indonesia. merasakan nyamannya suasana masjid yang tak kutemui di pulauku tinggal. membangun jaringan dan penuh kekonyolan dengan geng hijabers. entah lah.. singkat cerita aku meninggalkan tarakan.. “ For Tarakan With Love “ by someone from Java Island.
“Thanks for Everything.. Everyone.. i Learn lot of thing “