Alhamdulillah, terima kasih karena telah mengingatkan saya dan dapat menjadi kajian evaluasi saya untuk kedepannya menjadi pribadi yang lebih baik lagi. statement ini terlontar dari salah seorang senior dan ahli dibidangnya pada salah satu institusi yang cukup ternama. Faktor penulisan terutama penulisan ilmiah ini memang sangat penting dan menjadi salah satu fokus target yang diharapkan semua akademisi mampu menyesuaikan dengan standardnya.
tapi apa daya bung, dasar sebagai seorang penulis puisi dan cerpen (walau jarang terpublikasi lebih tepatnya) dalam sebuah buku harian ini memang harus belajar banyak akan penulisan ilmiah terutama sekarang saya masih ada di ranah akademisi. Perlu waktu memang, dan ndak sanggup instan, diperlukan yang namanya bakat dan ndak semua orang mampu atau terlahir berbakat. berusaha keras pun sering kali dianggap masih kurang berusaha dari prespektif orang lain (buat diri sendiri motivasi aja supaya jadi lebih giat gitu, Be Possitive saja rek).
sekarang coba kita urai sejenak bagaimana kriteria dalam lomba karya tulis. Biasanya sebelum penentuan finalis akan ada seleksi dari penilaian dari karya tulis/ tahap seleksi makalah. penentuan skor makalah sendiri dapat ditinjau dari beragam aspek (seperti contoh form penilaian dalam gambar dibawah ini). Dari seleksi makalah ini akan ada finalis terpilih yang nantinya akan diberi kesempatan untuk mempresentasikan karyanya.
Dapat kita lihat disini, pengaruh nilai makalah berkisar antara 35-40%, dengan aspek penulis yang meliputi formatur, struktur dan sistematika penulisan ada pada kisaran 5-20%. Anggaplah nilai 100 merupakan nilai maksimal untuk seleksi karya, dan dengan kemampuan penulisan saya dan tim yang amburadul ndak karuan itu kami anggaplah kehilangan nilai 20 (nilai maksimal dari penulisan) dalam sebuah karya tulis. ibaratkan dalam persaingan, maka kami dengan kondisi 80% (dianggap aspek penulisan 0) akan bersaing dengan kontestan lain yang dalam kondisi 100% untuk memperebutkan 5-15 posisi(tergantung lomba dan panitia akan mengambil berapa) teratas finalis nantinya.
Alhamdulillah dengan kondisi yang katakanlah “hanya” 80/100 ini Allah SWT masih memberikan saya kesempatan lebih dari satu kali untuk mempresentasikan karya bersama tim. Tercatat (sampai artikel ini ditulis) LKTM Unhas 2014 (Presentasi 2 karya), Katulistiwa 7 FEB UB 2015, SGM 6 FTP UB 2015, 2nd Identic FK UNLAM 2015, 5th AIC 2015, DREAM A.P.E.L Competition 2015, Perantara 2015, Lomba Inovasi bulan K3 Pertamina RU IV Cilacap 2016, AEC 2016 telah memberikan kesempatan bagi saya dan tim untuk mempresentasikan karya yang kami buat bersama.
Alhamdulillah, dari 9 kali kesempatan presentasi finalis tersebut saya bersama tim sanggup berkontribusi menyumbangkan 3 trophy juara bagi Almamater tercinta.
Bagaimana bisa juara ?, ada beragam faktor yang membuat ini terjadi dan akan coba kita urai bersama satu per satu.
1. Tim
Bekerja dalam sebuah tim tentunya memiliki beragam keuntungan, karena kita dapat mengisi kekurangan kita satu sama lain. misal ini kemampuan penulisan saya yang buruk dapat ditata ulang dan dibetulkan oleh anggota tim yang lain, sehingga tim kami tidak harus bertarung dengan 80% karena penulisan saya namun sama-sama 100% dengan peserta lainnya. Kondisi ini akan sangat membantu terutama bila selisih nilai makalah tipis dalam penentuan finalis, 20% ekstra akan sangat membantu kita untuk lolos dan memperbesar kemungkinan juara.
2. Presentasi
Ketika kita sudah menyadari nilai dari makalah kita rendah, maka opsi yang paling mungkin untuk menggenjot nilai keseluruhan adalah dari presentasi. Karena komposisi penilaian presentasi yang lebih tinggi dibandingkan karya yaitu pada kisaran 55-70% (sekali lagi tergantung penyelenggara), kita masih mungkin membalik papan klasemen dengan memberikan presentasi yang optimal (aspek yang jadi pertimbangan penilaian mungkin dapat dilihat di dua gambar pertama dalam artikel ini).
3. Juri
Tak dapat dimungkiri dan sudah menjadi rahasia umum, dalam tiap kompetisi peran juri sangat besar untuk menentukan juara dalam sebuah kompetisi. Juri tentu memiliki tingkat ketertarikan yang berbeda dan pandangan yang berbeda tiap juri tiap kompetisi. subjektifitas juri adalah objektifitas yang harus diterima dengan lapang dada oleh setiap peserta kompetisi, toh di awal sudah ada keterangan bahwa keputusan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.
ya Alhamdulillah, kebetulan dan keberuntungan berada di tim kami dalam sejumlah kompetisi sehingga kami pun sanggup memberikan sumbangsih kepada almamater tercinta.
mungkin ada statement lanjutan yang seperti ini
“oalah itu lombanya tim to bukan individu, ya hebat berarti timnya mampu ngatasi kekurangannya sehingga juara mungkin akan lebih sering lagi kalau ndak ada anak itu karena cukup membebani “
“ tertolong timnya itu, coba individu paling ya ndak kira sampai juara”
“ halah, akal2annya aja cari tim yang bagus, biar anak itu bisa juara, aslinya ya kosongan “
oke, cukup menyakitkan tapi memang pernah terdengar dari seseorang yang memiliki pengaruh dan keilmuan jauh diatas saya sendiri. Ternyata Allah memiliki rencana lain rupanya, Alhamdulillah penulisan individu saya masih diberi kesempatan untuk mengharumkan nama almamater dan negara bahkan. Dua kali mengakhiri posisi dengan nomer dua.
Perlombaan ini merupakan kompetisi penulisan individu, dan tanpa presentasi, sehingga nilai sepenuhnya adalah dari makalah. Alhamdulillah dengan kondisi saya yang mungkin hanya 80% itu kata mungkin penulisan yang buruk saya masih sanggup bersaing dan berkontribusi di papan atas klasemen akhir. karena mungkin penguji atau juri memiliki penilaian diluar penulisan itu yang memiliki konversi nilai yang lebih tinggi menurut mereka sehingga ketika keluar nilai hasil penjurian saya masih memiliki nilai yang sanggup bersaing.
lalu apakah dengan ini saya mau menyatakan bahwa penulisan itu tidak penting ?. tidak juga, penulisan itu tetap menjadi hal penting dan dapat menentukan walau hanya selisih koma.
apa sudah pernah saya alami sendiri ?
tentu, SGM 6 FTP UB 2015 adalah saksi nyatanya (Gambar dibawah ini). bagaimana seharusnya kami berada di posisi lebih baik namun nilai dari makalah (dimana di dalamnya ada faktor penulisan) jauh lebih buruk dari nilai posisi akhir.
mungkin ada yang bertanya setelah membaca ini semua ada yang bertanya apa maksud saya menulis artikel ini, ya akan saya jawab.
1. untuk menjawab pertanyaan yang muncul dari sebuah statement yang terlontar bagaimana bisa saya juara dengan kemampuan penulisan yang amburadul itu, uraian diatas InshaAllah sudah menjabarkan bagaimana.
2.memberikan motivasi bagi mereka yang memiliki kekurangan seperti saya di penulisan agar tetap berkarya, toh saya dengan kondisi inipun masih sanggup memberikan kontribusi kepada almamater tercinta.
3.memberikan peringantan bagi mereka yang sudah jago menulis, penilaian juri dalam penulisan itu biasanya kisaran 20%, kalian harus menyiapkan aspek lain untuk mendukung 80% lainnya yang membuat kalian sanggup mempresentasikan karya dan meraih juara.
mungkin ini adalah jawaban akan sebuah pertanyaan dan pernyataan yang pernah saya dapatkan
“oke, kamu di FPK ndak apa saya ndak akan memaksa, tapi kamu jangan jadi orang biasa-biasa saja.. kita sudah terlalu banyak memiliki orang biasa “
“ kontribusimu apa ke kampus ?, apa yang dapat kamu berikan ke alamamter ? “
“ Arek koyok ngono iso opo, sampah ra guno sing ketulung status wong tuo “ (jujur ini hal yang cukup menyakitkan untuk didengar)
dan sejumlah stigma miring yang melekat lainnya yang tak perlu saya urai satu persatu
Sampai artikel ini ditulis, masih ini saja yang dapat saya berikan dan kontribusikan bagi almamater. dengan segala daya upaya yang kami lakukan mohon maaf bila masih jauh dari kata memuaskan.
JF Kenedy pernah berkata “ jangan tuntut apa yang dapat negara berikan kepadamu, tapi soal apa yang dapat kamu berikan ke negara “
dalam lingkup skala yang lebih kecil, saya mohon maaf mungkin masih ini saja yang dapat saya berikan walaupun mungkin dianggap jauh dari kata memuaskan.
Alhamdulillah ” Fa bi ayyi ālā’i Rabbikumā tukażżibān ” “Maka nikmat Tuhan kamu manakah yang kamu dustakan ? ” QS Ar-Rahman
QS Yusuf ayat 87 : ” dan jangan kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya yang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang yang kafir ”
Tetap Semangat, Teteap Produktif, Terus Berkaya
Hidup Mahasiswa !!
Mantaappp!!
Alhamdulillah