Tahun Ketiga Mahasiswa, Organisasi, dan Perumpamaannya

Tahun ketiga, semester 5 dan 6. saat yang paling berat bagi seorang mahasiswa Fakultas Perikanan dan Kelautan, di Universitas Airlangga lebih spesifiknya.
Tahun dimana negara API menyerang (anak perikanan paham lah apa ini), genetika dan molekuler yang menjadi arc nemesis, hingga pakan dan nutrisi yang membuat banyak korban berguguran.
sudah cukup kah ?.. belum.. PKL/KP siap menyergap dan selayaknya mulai diselesaikan.. pandangan akan skripsi semakin dekat.

Tahun dimana menanggung beban Mahasiswa paling tua di bangku kuliah (soalnya tahun ke 4 sudah tinggal beberapa saja yang masih ada kelas). Dengan 2 adik tingkatan yang mencari panutan, dan tuntutan dosen yang tak kunjung usai. Terlebih bagi seorang aktivis, lebih berat lagi dengan tekanan di Organisasi yang semakin memuncak. Kaderisasi generasi penerus perlu digodok. Tingkat stres yang Luar biasa, bagi mereka yang tak tahan tekanan.

para wanita mulai ditanya kapan nikah oleh orang tua, para lelaki mulai dibully karena masih saja single (termasuk saya seh, saya mah masa bodoh dengan ini). well tingkat pembulian STMJ (Semester Tua Masih Jomblo) oleh sejumlah rekan yang seakan2 telah memiliki pendamping hidup (yang masih semu tentunnya). Saya mah tinggal bilang saja ” mungkin saja orang yang kamu bully sekarang akan mengirimi undangan terlebih dahulu “. Gejolak batin antara tugas dan status sosial mulai mendera, fisik mulai terkuras seiring semakin tingginya beban mental.

dapat dikatakan, it’s time dude.. masa depan kalian ditentukan mulai disini, mau kemana kalian arah dan tujuan mulai diperjelas. Masyarakat di depan kalian, mereka itu dunia yang nyata bukan sekedar susunan teori atau artikel yang tertulis. mereka itu real guys, jadilah seorang praktisi.. bukan sekedar ahli atau teknisi.. jadilah seorang akademisi yang dapat mengoptimalkan ilmu yang kamu miliki demi kemasyahatan mereka. ketika idealismu berbentur dengan realita lapangan. Tahun Krusial bagi seorang calon sarjana tentunya.

ibaratkan organisasi adalah sebuah rumah/tempat berkumpul ada tiga macam jenis penghuni yang dapat saya urai (pendapat pribadi saja)
1. Anggota Keluarga
2. Chief
3. Freeloader (numpang gratisan.. mau masukin anak kos juga ndak mungkin, karena organisasi selayaknya bukan tempat kalian membayar untuk dapat singgah disana)

saya merasakan menjadi Anggota Keluarga di Organisasi Daerah (ORMADA).. disanalah tempat saya akan berpulang, tak peduli dimanapun saya ‘merantau’.. pada akhirnya saya akan kembali ke sana.. memang tidak terikat dan tidak mengikat, namun naluri saya lah yang akan membawa saya kembali ke tempat itu apapun jadinya. Alhamdulillah selama 2 tahun saya sempat menjadi ‘Tulang Punggung’ Keluarga sebagai seorang Kepala Departemen. Konflik selalu terjadi dan itu hal yang wajar, entah dengan orang yang lebih tua maupun dengan yang lebih muda. dan sekarang saya menjadi seorang sesepuh disini, lebih sebagai pemberi saran berdasarkan asam garam organisasi selama 2 tahun sebagai tulang punggung, dan 1 tahun sebagai anak.

Chief ??.. ini posisi di ORMAWA Fakultas, bagaimana mungkin ?.. saya harus meracik bumbu-bumbu yang siap disajikan bagi seluruh penghuni rumah. dan setelah selesai ” memasak ” kami akan menikmati makanan bersama dari apa yang telah kami racik bersama-sama. bagaimana ‘rasa’nya pengaruh cara pengolahan kami akan sangat menentukan bagaimana makanan yang akan kami sajikan sebelum kami makan bersama. setelah masakan usai (satu periode berakhir) maka kami akan melanjutkan entah memasak di tempat yang sama atau mencoba di tempat yang lain.

Freeloader ?.. well entah lah, mungkin terlalu ekstrim perumpamaannya. saya sudah sangat bersyukur diberikan tempat untuk bernaung dan saya pun harus sadar diri, tak ada kepemilikan disana (menurut dasar organisasi yang sudah resmi).. semua yang saya dapatkan adalah buah pemberian dan rasa iba dari penghuni rumah. bagaimanapun saya harus tahu diri dan membantu penghuni rumah sebagai rasa balas budi saya atas tempat untuk bernaung itu. akan menjadi ironi ketika saya tak mampu membalas kebaikan para penghuni rumah itu, dalam agama yang saya anut sudah jelas.. kebaikan harus dibalas dengan kebaikan tak melihat siapa dia dan apa latar belakangnya.. dan kita pun harus berlomba dalam hal kebaikan (Fastabiqul khoirot).

apapun itu semuanya harus atas dasar kebermanfaatan umat, percuma kamu paham agama kalau tak menerapkannya, percuma kamu paham teori kalau tak mampu berikan kontribusi, dan percuma kamu hidup kalau tak dapat membantu menyelesaikan masalah.

Tinggalkan komentar

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.